Khatulistiwa Contest 2020
Mohon Maaf karena belum ada kesepakatan tanggaL KHATULISTIWA CONTES di tunda Pelaksanaan nya
Sorry, because there is no agreement on the schedule for the CONTES KHATULISTIWA, the implementation is postponed
Maret dan September Dua Kali Satu Tahun Kulminasi di Pontianak
Hari Tanpa Bayangan hingga Fenomena Telur Mentah Berdiri
Warga Pontianak dan wisatawan memadati Kompleks Tugu Khatulistiwa Pontianak, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).
Mereka menyaksikan fenomena alam yang hanya terjadi dua kali dalam setahun, yakni kulminasi.
Kulminasi adalah titik tertinggi yang dicapai suatu benda langit dalam peredaran (semunya) mengelilingi bumi (seperti Matahari mencapai titik kulminasi pukul 12.00).
Di Indonesia, Kota Pontianak sangat intens melakukan beragam kegiatan menyambut fenomena alam ini.
Tepatnya di lokasi berdirinya Tugu Khatulistiwa, sebagai letak titik kulminasi Matahari di Kota Pontianak.
Maret dan September, rutin setiap tahunnya dilakukan kegiatan untuk menyambut momen spesial tersebut.
Tepatnya setiap tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September.
Detik kulminasi yang menjadi momen langka di dunia ternyata tak hanya menjadi momen menarik bagi pengunjung wisata nusantara.
Hal ini terlihat dari antusiasnya pengunjung saat mendatangi Tugu Khatulistiwa.
Menurut Lapan, selain menghilangnya bayangan benda yang tegak lurus saat peristiwa keistimewaan kulminasi, momen ini juga sebagai tanda awal perubahan iklim di Indonesia.
Beragam kegiatan dan lomba serta hiburan akan digelar di Tugu Khatulistiwa selama tanggal 21 hingga 23.
Khusus di Kota Pontianak, fenomena alam ini menjadi daya tarik tersendiri karena digelar beragam rangkaian acara.
Pada saat itu posisi Matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan Bumi.
Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan “menghilang” beberapa detik saat diterpa sinar Matahari.
Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.
Kota Pontianak sungguh istimewa. Ibu Kota provinsi Kalimantan Barat ini merupakan satu-satunya kota di dunia ini yang tepat dilewati garis khatulistiwa.
Tak ayal, julukan Kota Khatulistiwa pun melekat kepadanya.
Sebagai penanda sekaligus mengukuhkan julukan itu, dibangunlah sebuah monumen bernama Tugu Khatulistiwa.
Letaknya persis di pinggir Sungai Kapuas, di Jalan Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara.
Menurut catatan Opzichter Wiese pada 1941, penentuan garis khatulistiwa di Kota Pontianak berdasarkan survei yang dilakukan sebuah tim ekspedisi internasional pada 31 Maret 1928.
Tim yang dipimpin seorang ahli geografi asal Belanda itu kemudian menandai garis lini tersebut dengan sebuah tugu yang berbentuk tonggak berikut ornamen anak panah di puncaknya.
Sejak berdiri, monumen tersebut setidaknya sudah tiga kali direnovasi, yakni pada 1930, 1938, dan 1990.
Renovasi terbesar dilakukan pada 1990 dengan pembuatan kubah dan duplikat tugu yang berukuran lima kali lebih besar daripada yang asli.
Duplikat tugu itu berada tepat di atas kubah yang menaungi tugu asli yang terdiri dari empat tonggak ulin berdiameter 0,30 meter.
Pada Maret 2005, tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan koreksi untuk menentukan lokasi titik nol garis khatulistiwa di Pontianak.
Koreksi dilakukan dengan menggunakan penggabungan metoda terestrial dan ekstraterestrial, yaitu menggunakan global positioning system (GPS) dan stake-out titik nol garis khatulistiwa dikoreksi.
Hasil pengukuran menunjukkan, posisi tepat tugu khatulistiwa saat ini berada pada 0 derajat, 0 menit, 3,809 detik lintang utara. Dan, 109 derajat, 19 menit, 19,9 detik bujur timur.
Sementara itu, posisi 0 derajat, 0 menit dan 0 detik ternyata melewati taman atau tepatnya 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari arah tugu saat ini.
Selain bisa menikmati fenomena tanpa bayangan di hari ini, banyak orang yang melakukan hal yang tak biasanya di hari-hari biasa pada hari tanpa bayangan itu terjadi.
Banyak orang percaya kamu bisa menaruh telur mentah dalam kondisi tegak tanpa terjatuh di hari ini.
Meski pada hari-hari biasa hal itu juga bisa dilakukan di sekitar area Tugu Khatulistiwa.
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Tak ada sangkut pautnya dengan hal gaib, fenomena tersebut bisa dijelaskan secara scientific.
Ilmu Fisika mengajarkan bahwa benda dapat berdiri dengan stabil apabila titik beratnya tepat berada di atas titik tumpuan.
Demikian pula halnya dengan telur ayam.
Tentu saja telur akan menjadi lebih sulit berdiri apabila cairan di dalam telur masih bergerak-gerak.
Jadi telur bisa berdiri bergantung pada cangkang, kesabaran, dan latihan.
Lantas sangkut pautnya dengan hari tanpa bayangan apa ya kira-kira?
Usut punya usut, tampaknya hal tersebut bisa dibilang hanya ‘kepercayaan’ beberapa orang saja.
Tradisi di hari tanpa bayangan ini pada awalnya berasal dari praktik menyeimbangkan telur pada awal musim semi yang tersebar luas di Tiongkok.
Praktik ini biasanya terjadi saat perayaan hari makan Kwe Cang, warga Tionghoa sedunia, tepat pukul 12.00 siang waktu setempat, telur dapat berdiri tegak di tempat yang datar.
Ini disebabkan, pada tanggal, bulan dan jam tersebut kondisi bulan dekat dengan bumi sehingga gravitasi bumi dan bulan sangat kuat sehingga banyak orang Tionghoa percaya alasan itulah yang menyebabkan telur dapat berdiri tegak.
Dikutip dari Tionghoa.info, konon tradisi “menegakkan telur” ini juga dapat dilakukan pada:
- Saat Lichun yang menandakan awal permulaan Musim Semi di Asia Timur. Penetapan hari ini berasal dari kalender tradisional Asia Timur yang membagi tahun menjadi 24 bagian Matahari.
Lichun dimulai ketika matahari mencapai bujur langit 315° dan berakhir pada saat mencapai garis bujur 330°. Lichun (istilah untuk garis bujur pertama) terjadi pada tanggal 04-05 Februari; dimana biasanya bertepatan atau agak bertepatan (15 hari pertama) dengan perayaan Imlek.
- Saat Kau Chun, tanggal 30 bulan 12 penanggalan Imlek (namun perhitungan tanggalnya bisa berubah-ubah).
- Pada saat spring/vernal equinox (20 Maret)
- Pada saat summer solstice (21 Juni)
- Pada saat autumnal equinox (23 September). Namun para ilmuwan beranggapan bahwa untuk menegakkan telur dapat dilakukan setiap hari.
Posisi Matahari, bulan, dan bintang tidak ada hubungannya dengan aktivitas membuat telur berdiri.
Pada 19 Maret 1945, majalah Life melaporkan bahwa Albert Einstein skeptis bahwa equinox memiliki dampak terhadap keseimbangan telur.
Manajer Planetarium dan Program Sains di Hudson River Museum, Marc Taylor, menyebut hal tersebut sebagai mitos.
“Kamu bisa mencobanya, bahkan jika tak sedang equinox…” ujar Taylor.
Sumber : wartakota.tribunnews.com